BREAKING NEWS

Friday, April 10, 2015

Gereja Bukanlah Kelanjutan Tatanan Lama



Kekristenan bukanlah merupakan anggur baru yang dituangkan kedalam kantong-kantong anggur yang sudah tua. Tepatnya dapat dikatakan bahwa Kekristenan merupakan anggur baru yang dituangkan dalam kantong anggur yang baru pula (Matius 9:17), demikian pula dengan gereja, gereja bukanlah kelanjutan sistem tatanan lama.
Terdapat pandangan bahwa gereja meupakan jemaat Israel yang baru, dalam arti didalam Perjanjian Lama, didalam Septuaginta (Perjanjian Lama bahasa Yunani), kata Ibrani "Qahal" diterjemahkan sebagai "ekklesia." Qoahal menunjukkan sidang bangsa Israel di hadapan Allah. Misalnya: Jemaah atau Congretation (Ul 31:30; 1Taw 29:1). Jemaah atau Assembly (Hak 21:8). Maka konsep orang Israel tentang "jemaah" adalah perhimpunan umat Allah di bawah kedaulatan teokrasi. Masih ada satu istilah yang mempunyai konsep ekklesia yaitu "Sinagog" (Synogogue) yang diterjemahkan sebagai "rumah ibadat" (Mrk 1:21-23) atau "rumah sembahyang" (Luk 4:15-16). Sinagog[1] merupakan suatu tempat di mana mereka berbakti kepada Tuhan dan kebaktian itu berkenan dengan berdoa, membaca serta menjelaskan ayat-ayat dalam Perjanjian Lama. Gagasan Sinagog ini mirip dengan ekklesia.[2] Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang disebut Septuaginta, menerjemahkan qahal ini dengan ekklesia Qahal, ini juga digambarkan dengan kemampuan berperang sebagaimana dapat ditemukan dalam kitab (Ester 8 : 11, 9:2, 15, 16, 18) dan yang tak asing di dalam kitab Hakim-Hakim. Masih banyak refleksi lainnya dalam ragam penggunaan istilah ini, termasuk dalam pengertian beribadat. Hal ini menunjukkan variabilitas keadaan jemaatNya. Mereka adalah umat Allah, dikuduskan, diurapi dan harus mendengarkan hukum Allah. Sedangkan istllah Edhah, rnempunyai pengertian perkumpulan yang sudah ditetapkan. Apabila hal ini dikenakan kepada umat Israel, maka hal ini menunjuk kepada para pemimpin agama, baik yang sedang berkumpul maupun tidak. Karena itu pada umumnya dua kata dipakai bersama-sama dengan qahal, sehingga menjadi qahal-edhah yaitu jemaat sedang berkumpul. Karena itu dapat disimpulkan bahwa umat Allah, qahal-edhah yang mendasari pengertian gereja sebagai umat Tuhan mempunyai karakter: (1) Mendengarkan hukum Tuhan (Ulangan 4.10, 9:10, 18:16). (2) Mempersembahkan domba Paskah (Keluaran 12). (3) Menerima perjanjian Allah di Sinai (Keluaran 33-35). (4) Menerima penebusan Allah (Imamat 4 dan 16). (5) Menerima sebutan bangsa yang kudus (Keluaran 29 : 6, Hosea 2 : 23, Mazmur 22 : 22 )[3]
Menurut sanggahan penulis, gereja bukanlah qahal-edhah ( jemaat sedang berkumpul) atau disebut gereja dalam Perjanjian Baru, konsep sinagog bukanlah ekklesia seperti yang dipaparkan pada paragraf diatas.  Bila dilihat secara teologi sistematika, gereja bukanlah kelanjutan dari sistem yang sudah ada yang diterapkan oleh bangsa Israel.  
Pertama pernyataan Rasul Paulus, Paulus dengan tegas membedakan antara orang Yahudi, orang Yunani, dan Jemaat atau gereja (I korintus 10:32). Paulus juga berbicara mengenai gereja adalah sebagai manusia baru (Efesus 2:15; band. Kol 3:11), yang terdiri dari atas orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi yang percaya. Dalam surat Roma 11, membentangkan urutan tindakan-tindakan Allah bagi bangsa Israel dimasa depan. Israel merupakan ranting pohon zaitun yang sekarang telah dipatahkan sedang ranting zaitun yang liar telah dicangkokkan kedalam batang zaitun itu. Merupakan Tiga unsur penting dalam perjanjian Musa adalah Korban, keimanan dan kemah suci. Semuanya itu diadakan oleh Musa dalam Perjanjian Lama. Secara teologi semuanya itu sudah lenyap dengan kedatangan Kristus dan gereja.[4]
 Kedua gereja bukanlah kelanjutan sinagoge, memang harus diakui bahwa gereja dan sinagoge banyak kesamaan yang nampak jelas, namun perbedaan keduanya juga tidak kalah mencolok. Tuhan Yesus memberikan pernyataan pada (Matius 16:18) “Aku mendirikan jemaat (gereja)-Ku”. Pernyataan ini tidaklah mungkin merujuk kepada sinagog karena sinagog sudah ada pada waktu itu.
Sekitar enam bulan sebelum kematian-Nya, Kristus berkata, "di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku" (Matius 16: 16-18). Dalam Perjanjian Lama banyak prediksi yang dibuat mengenai gereja atau Kerajaan, dan bahwa hal itu tidak akan pernah hancur. Dalam (Yesaya 2: 2-4), ia menyatakan bahwa ketika firman TUHAN akan diberitakan diluar dari Yerusalem, rumah Yehova akan didirikan dan semua bangsa akan mengalir ke dalamnya. Pada ( Zak 01:16) Allah berbicara melalui para nabi berkata, "Rumah-Ku akan dibangun di Yerusalem". Dalam (Markus 9: 1) kata-Nya lagi kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa " Dalam (Lukas 24: 44-53) pertemuan Yesus Kristus dengan para Rasul setelah kebangkitan-Nya dari antara orang mati ; “Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur”. Dalam (ayat 47) Yesus menyatakan, " dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem". Sekali lagi kita melihat Yerusalem sebagai tempat awal gereja.
Dalam (Kisah Para Rasul 1: 1-12), memiliki catatan peristiwa setelah empat puluh hari kebangkitan Kristus terlihat dari antara mereka. Dia mengatakan kepada para Rasul dalam (ayat 4) “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang -- demikian kata-Nya -- telah kamu dengar dari pada-Ku”.  Dalam (ayat 8) Dia berkata, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi". Dalam (ayat 12) tertulis, “Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem”. Para Rasul menerima baptisan Roh Kudus karena mereka telah dijanjikan. Ada orang-orang yang hadir dari setiap bangsa, setiap orang mendengar perkataan Rasul dalam bahasa mereka sendiri sehingga setiap orang bisa mengerti. Rasul Petrus menyampaikan khotbah besar pada kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus Kristus.

Dalam (Kisah Para Rasul 2:37) Lukas mengatakan “Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat,  saudara-saudara?"”. Dalam ayat berikutnya jawabannya diberikan. Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”. Dalam (ayat 41) menyatakan, " Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa". Dalam (ayat 47) tertulis, " sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan". Ini adalah pertama kalinya diseluruh Alkitab bahwa gereja keberadaan gereja disebut. Kristus membeli gereja dengan darahnya sendiri “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya  dengan darah Anak-Nya sendiri.” (Kisah Rasul 20:28) dan Dia adalah kepala gereja, (Kol 1:18) Dengan demikian besar Rasul Paulus menulis dalam (Roma 16:16) "Jemaat Kristus ".
Gereja yang ditetapkan dalam Perjanjian Baru didasarkan atas tujuh prinsip utama: (1) kematian Kristus (2) kebangkitan Kristus (3) kenaikan Kristus
(4) pengiriman Roh Kudus oleh Kristus (5) baptisan dengan otoritas-Nya (6) baptisan "dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus untuk pengampunan dosa"  dan (7) keselamatan dalam nama Kristus.
Terlepas dari batu fondasi ini, tidak akan ada gereja Perjanjian Baru. kapan dan dimana itu batu fondasi ini diletakkan yaitu  pada beberapa bulan sebelum kematian-Nya, Yesus berkata, "Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku" (Matius 16:18). Dia berbicara peristiwa di masa depan, tetapi, setelah pesta Pentakosta pertama Yahudi setelah kebangkitan-Nya, gereja selalu dibicarakan sebagai yang ada. Dengan demikian, gereja memiliki awal antara waktu Yesus berjanji untuk membangun dan berikutnya ditutup pada hari Pentakosta. Sesungguhnya, Pentakosta menandai awal dari gereja yang ditetapkan dalam Perjanjian Baru. Itu juga awal kerajaan Kristus dalam arti operasional, itu ketika Kristus mulai memerintah kerajaannya. Saat itu, pada kenyataannya, adalah awal seluruh sistem Kristen. [5]



[1]  Kata Yunani sinagoge berkali-kali dipakai dalam LXX untuk perkumpulan Israel, dan terdapat 56 kali dalam PB. Pengertian dasarnya ialah tempat berkumpul. Istilah Ibrani yang sejajar dari kata benda Yunani itu ialah keneset, yaitu kumpulan sekelompok orang atau barang-barang untuk suatu tujuan. Dalam Alkitab sinagoge ialah kumpulan sekelompok orang dari suatu tempat untuk beribadah atau gerakan bersama (Luk 12:11, 'majelis-majelis'; 21:12; rumah-rumah ibadat'). Akhirnya kata itu berarti rumah atau bangunan tempat diadakannya pertemuan-pertemuan.
I. Makna sinagoge
Pentingnya sinagoge bagi agama Yahudi tak dapat dilebih-lebihkan. Sinagoge menentukan sifat iman Yahudi melebihi badan atau kumpulan manapun. Disinilah agama Yahudi belajar bagaimana menafsirkan hukum Taurat. Yeh 11:16, '...dan Aku menjadi tempat kudus yang sedikit artinya bagi mereka...' ditafsirkan oleh ahli-ahli Yahudi bahwa dalam perserakan di seluruh dunia, bagi Israel sinagoge akan merupakan tempat kudus dalam ukuran mini pengganti Bait Suci yang telah hilang.
Berbeda dari Bait Suci, sinagoge terdapat di mana-mana di seluruh negeri, dan mempertemukan khalayak dengan pemimpin-pemimpin agama mereka. Menurut ucapan A Menes, 'Pada hari-hari Sabat dan hari-hari kudus lainnya, hilangnya Bait Suci dan alpanya perayaan-perayaan korban yang khidmat, dirasakan sangat menusuk hati oleh orang-orang tawanan yang terbuang ... sinagoge ... merupakan pengganti untuk Bait Suci. Di sinagoge tidak ada mezbah.
 II. Asal mula sinagoge
Baik PL tidak memberi keterangan yang pasti mengenai asal mula sinagoge. Demikian juga sumber-sumber di luar Alkitab, sebab dalam Kitab Apokrifa tak ada singgungan tentang sinagoge. Bahkan Kitab-kitab Apokrifa sama sekali tidak menyebut pembakaran sinagoge-sinagoge Palestina selama penganiayaan Antiokhus Epifanes pada abad 2 SM (walaupun singgungan akan soal ini mungkin dapat terlihat dalam Mzm 74:8). Sebelum Pembuangan ke Babel, ibadah keagamaan berpusat di Bait Suci Yerusalem. Selama Pembuangan, tatkala peribadatan di Yerusalem tidak mungkin, timbullah sinagoge sebagai tempat untuk pengajaran Kitab Suci dan doa. Demikianlah pendapat umum. Tapi R. W Moss mempertahankan, bahwa 'masa Pembuangan tidak mencatat tahap pertama perihal asal mula sinagoge, namun mencatat perubahan penting dari fungsi-fungsinya; sejak saat itu dan seterusnya untuk ibadahlah kegunaannya yang pertama, walaupun bukan itu kegunaannya yang satu-satunya, dan fungsi administratifnya untuk sementara terbengkalai' (lih artikel 'Synagogue' dalam DCG). Bagaimanapun juga dasar yang mungkin sebagai asal mula sinagoge terdapat dalam Yeh 14:1, 'Sesudah itu datanglah kepadaku beberapa orang dari tua-tua Israel dan duduk di hadapanku' (bnd Yeh 20:1). Levertoff memastikan tanpa ragu, 'Sinagoge harus bermula pada zaman Pembuangan Babel' (lih artikel 'Synagogue' dalam ISBE).
III. Tujuan dan praktik sinagoge
Tujuan sinagoge rangkap tiga yakni ibadah, pendidikan dan pemerintahan atas kehidupan umum masyarakat. Sambil tunduk kepada hukum negeri, sinagoge mempunyai pemerintahan sendiri (Jos., Ant. 19.291). Khalayak diperintah oleh tua-tua yang diberi kuasa untuk menerapkan ketertiban dan menghukum anggota. Hukuman ialah cambukan dan pengucilan. Kepala sinagoge ialah pemerintah sinagoge (bnd Mrk 5:22; Kis 13:15; 18:8). Dialah yang mengawasi apakah kebaktian dijalankan sesuai tradisi. Pejabat sinagoge (Luk 4:20) membawa gulungan Alkitab untuk dibaca, kemudian mengembalikannya ke petinya, menghukum para anggota yang membuat kesalahan dengan mencambuknya, dan mengajar anak-anak membaca. Peritz menunjukkan bahwa 'tugas utama perkumpulan sinagoge ialah mengajar orang banyak supaya mengerti hukum Taurat' (lih artikel 'Synagogue' dalam EBi). Http://Alkitab.Sabda.Org/Dictionary.Php?Word=Sinagoge%20atau%20rumah%20ibadat

[3] Everett Harrison, Baker's Dictionary Of Theology (Grand Rapids, Mlcffigan: Baker Book House, 1981 ) p. 123

[4] White Jerry, “Gereja Dan Yayasan Penginjilan” (Multnomah Press: 1983) hal 126

Share this:

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *

 
Back To Top
Distributed By Blogger Templates | Designed By OddThemes