Kekristenan bukanlah merupakan anggur baru yang dituangkan
kedalam kantong-kantong anggur yang sudah tua. Tepatnya dapat dikatakan bahwa
Kekristenan merupakan anggur baru yang dituangkan dalam kantong anggur yang
baru pula (Matius 9:17), demikian pula dengan gereja, gereja bukanlah
kelanjutan sistem tatanan lama.
Terdapat pandangan bahwa gereja meupakan jemaat Israel yang
baru, dalam arti didalam Perjanjian Lama, didalam Septuaginta (Perjanjian Lama
bahasa Yunani), kata Ibrani "Qahal" diterjemahkan sebagai
"ekklesia." Qoahal
menunjukkan sidang bangsa Israel di hadapan Allah. Misalnya: Jemaah atau Congretation (Ul 31:30; 1Taw 29:1).
Jemaah atau Assembly (Hak 21:8). Maka
konsep orang Israel tentang "jemaah" adalah perhimpunan umat Allah di
bawah kedaulatan teokrasi. Masih ada satu istilah yang mempunyai konsep ekklesia
yaitu "Sinagog" (Synogogue) yang diterjemahkan sebagai "rumah
ibadat" (Mrk 1:21-23) atau "rumah sembahyang" (Luk 4:15-16).
Sinagog[1]
merupakan suatu tempat di mana mereka berbakti kepada Tuhan dan kebaktian itu
berkenan dengan berdoa, membaca serta menjelaskan ayat-ayat dalam Perjanjian
Lama. Gagasan Sinagog ini mirip dengan ekklesia.[2]
Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang disebut
Septuaginta, menerjemahkan qahal ini
dengan ekklesia Qahal, ini juga
digambarkan dengan kemampuan berperang sebagaimana dapat ditemukan dalam kitab (Ester
8 : 11, 9:2, 15, 16, 18) dan yang tak asing di dalam kitab Hakim-Hakim. Masih
banyak refleksi lainnya dalam ragam penggunaan istilah ini, termasuk dalam
pengertian beribadat. Hal ini menunjukkan variabilitas keadaan jemaatNya.
Mereka adalah umat Allah, dikuduskan, diurapi dan harus mendengarkan hukum
Allah. Sedangkan istllah Edhah, rnempunyai
pengertian perkumpulan yang sudah ditetapkan. Apabila hal ini dikenakan kepada
umat Israel, maka hal ini menunjuk kepada para pemimpin agama, baik yang sedang
berkumpul maupun tidak. Karena itu pada umumnya dua kata dipakai bersama-sama
dengan qahal, sehingga menjadi qahal-edhah yaitu jemaat sedang
berkumpul. Karena itu dapat disimpulkan bahwa umat Allah, qahal-edhah yang mendasari pengertian gereja sebagai umat Tuhan
mempunyai karakter: (1) Mendengarkan hukum Tuhan (Ulangan 4.10, 9:10, 18:16).
(2) Mempersembahkan domba Paskah (Keluaran 12). (3) Menerima perjanjian Allah
di Sinai (Keluaran 33-35). (4) Menerima penebusan Allah (Imamat 4 dan 16). (5) Menerima
sebutan bangsa yang kudus (Keluaran 29 : 6, Hosea 2 : 23, Mazmur 22 : 22 )[3]
Menurut sanggahan penulis, gereja bukanlah qahal-edhah ( jemaat sedang berkumpul)
atau disebut gereja dalam Perjanjian Baru, konsep sinagog bukanlah ekklesia
seperti yang dipaparkan pada paragraf diatas.
Bila dilihat secara teologi sistematika, gereja bukanlah kelanjutan dari
sistem yang sudah ada yang diterapkan oleh bangsa Israel.
Pertama pernyataan Rasul Paulus, Paulus dengan tegas
membedakan antara orang Yahudi, orang Yunani, dan Jemaat atau gereja (I
korintus 10:32). Paulus juga berbicara mengenai gereja adalah sebagai manusia
baru (Efesus 2:15; band. Kol 3:11), yang terdiri dari atas orang-orang Yahudi
dan orang-orang bukan Yahudi yang percaya. Dalam surat Roma 11, membentangkan
urutan tindakan-tindakan Allah bagi bangsa Israel dimasa depan. Israel
merupakan ranting pohon zaitun yang sekarang telah dipatahkan sedang ranting
zaitun yang liar telah dicangkokkan kedalam batang zaitun itu. Merupakan Tiga
unsur penting dalam perjanjian Musa adalah Korban, keimanan dan kemah suci.
Semuanya itu diadakan oleh Musa dalam Perjanjian Lama. Secara teologi semuanya
itu sudah lenyap dengan kedatangan Kristus dan gereja.[4]
Kedua gereja bukanlah
kelanjutan sinagoge, memang harus diakui bahwa gereja dan sinagoge banyak
kesamaan yang nampak jelas, namun perbedaan keduanya juga tidak kalah mencolok.
Tuhan Yesus memberikan pernyataan pada (Matius 16:18) “Aku mendirikan jemaat
(gereja)-Ku”. Pernyataan ini tidaklah mungkin merujuk kepada sinagog karena
sinagog sudah ada pada waktu itu.
Sekitar enam bulan sebelum kematian-Nya, Kristus berkata, "di atas batu karang ini Aku akan
mendirikan jemaat-Ku" (Matius 16: 16-18). Dalam Perjanjian Lama banyak
prediksi yang dibuat mengenai gereja atau Kerajaan, dan bahwa hal itu tidak
akan pernah hancur. Dalam (Yesaya 2: 2-4), ia menyatakan bahwa ketika firman
TUHAN akan diberitakan diluar dari Yerusalem, rumah Yehova akan didirikan dan
semua bangsa akan mengalir ke dalamnya. Pada ( Zak 01:16) Allah berbicara
melalui para nabi berkata, "Rumah-Ku
akan dibangun di Yerusalem". Dalam (Markus 9: 1) kata-Nya lagi kepada
mereka: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati
sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa " Dalam
(Lukas 24: 44-53) pertemuan Yesus Kristus dengan para Rasul setelah kebangkitan-Nya
dari antara orang mati ; “Ia berkata
kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika
Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada
tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab
Mazmur”. Dalam (ayat 47) Yesus menyatakan, " dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa
harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem". Sekali
lagi kita melihat Yerusalem sebagai tempat awal gereja.
Dalam (Kisah Para Rasul 1: 1-12), memiliki catatan peristiwa
setelah empat puluh hari kebangkitan Kristus terlihat dari antara mereka. Dia
mengatakan kepada para Rasul dalam (ayat 4) “Pada
suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka
meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji
Bapa, yang -- demikian kata-Nya -- telah kamu dengar dari pada-Ku”. Dalam (ayat 8) Dia berkata, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh
Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di
seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi". Dalam (ayat 12) tertulis,
“Maka kembalilah rasul-rasul itu ke
Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat
jauhnya dari Yerusalem”. Para Rasul menerima baptisan Roh Kudus karena
mereka telah dijanjikan. Ada orang-orang yang hadir dari setiap bangsa, setiap orang
mendengar perkataan Rasul dalam bahasa mereka sendiri sehingga setiap orang
bisa mengerti. Rasul Petrus menyampaikan khotbah besar pada kematian,
penguburan, dan kebangkitan Yesus Kristus.
Dalam (Kisah Para Rasul 2:37) Lukas mengatakan “Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka
sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah
yang harus kami perbuat,
saudara-saudara?"”. Dalam ayat berikutnya jawabannya diberikan.
Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus
Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.
Dalam (ayat 41) menyatakan, "
Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari
itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa". Dalam (ayat 47)
tertulis, " sambil memuji Allah. Dan
mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka
dengan orang yang diselamatkan". Ini adalah pertama kalinya diseluruh
Alkitab bahwa gereja keberadaan gereja disebut. Kristus membeli gereja dengan
darahnya sendiri “Karena itu jagalah
dirimu dan jagalah seluruh kawanan karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus
menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.” (Kisah
Rasul 20:28) dan Dia adalah kepala gereja,
(Kol 1:18) Dengan demikian besar Rasul Paulus menulis dalam (Roma 16:16) "Jemaat Kristus ".
Gereja yang ditetapkan dalam Perjanjian Baru didasarkan atas
tujuh prinsip utama: (1) kematian Kristus (2) kebangkitan Kristus (3) kenaikan
Kristus
(4) pengiriman Roh Kudus oleh Kristus
(5) baptisan dengan otoritas-Nya (6) baptisan "dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus untuk pengampunan dosa"
dan (7) keselamatan dalam nama Kristus.
Terlepas dari batu fondasi ini, tidak akan ada gereja Perjanjian
Baru. kapan dan dimana itu batu fondasi ini diletakkan yaitu pada beberapa bulan sebelum kematian-Nya,
Yesus berkata, "Di atas batu karang
ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku" (Matius 16:18). Dia berbicara peristiwa
di masa depan, tetapi, setelah pesta Pentakosta pertama Yahudi setelah
kebangkitan-Nya, gereja selalu dibicarakan sebagai yang ada. Dengan demikian,
gereja memiliki awal antara waktu Yesus berjanji untuk membangun dan berikutnya
ditutup pada hari Pentakosta. Sesungguhnya, Pentakosta menandai awal dari
gereja yang ditetapkan dalam Perjanjian Baru. Itu juga awal kerajaan Kristus
dalam arti operasional, itu ketika Kristus mulai memerintah kerajaannya. Saat
itu, pada kenyataannya, adalah awal seluruh sistem Kristen. [5]
[1] Kata Yunani
sinagoge berkali-kali dipakai dalam LXX untuk perkumpulan Israel, dan terdapat
56 kali dalam PB. Pengertian dasarnya ialah tempat berkumpul. Istilah Ibrani yang
sejajar dari kata benda Yunani itu ialah keneset, yaitu kumpulan sekelompok
orang atau barang-barang untuk suatu tujuan. Dalam Alkitab sinagoge ialah
kumpulan sekelompok orang dari suatu tempat untuk beribadah atau gerakan
bersama (Luk 12:11, 'majelis-majelis'; 21:12; rumah-rumah ibadat'). Akhirnya
kata itu berarti rumah atau bangunan tempat diadakannya pertemuan-pertemuan.
I. Makna sinagoge
Pentingnya sinagoge bagi agama Yahudi tak dapat
dilebih-lebihkan. Sinagoge menentukan sifat iman Yahudi melebihi badan atau kumpulan
manapun. Disinilah agama Yahudi belajar bagaimana menafsirkan hukum Taurat. Yeh
11:16, '...dan Aku menjadi tempat kudus yang sedikit artinya bagi mereka...'
ditafsirkan oleh ahli-ahli Yahudi bahwa dalam perserakan di seluruh dunia, bagi
Israel sinagoge akan merupakan tempat kudus dalam ukuran mini pengganti Bait
Suci yang telah hilang.
Berbeda dari Bait Suci, sinagoge terdapat di
mana-mana di seluruh negeri, dan mempertemukan khalayak dengan
pemimpin-pemimpin agama mereka. Menurut ucapan A Menes, 'Pada hari-hari Sabat
dan hari-hari kudus lainnya, hilangnya Bait Suci dan alpanya perayaan-perayaan
korban yang khidmat, dirasakan sangat menusuk hati oleh orang-orang tawanan yang
terbuang ... sinagoge ... merupakan pengganti untuk Bait Suci. Di sinagoge
tidak ada mezbah.
II. Asal
mula sinagoge
Baik PL tidak memberi keterangan yang pasti
mengenai asal mula sinagoge. Demikian juga sumber-sumber di luar Alkitab, sebab
dalam Kitab Apokrifa tak ada singgungan tentang sinagoge. Bahkan Kitab-kitab
Apokrifa sama sekali tidak menyebut pembakaran sinagoge-sinagoge Palestina
selama penganiayaan Antiokhus Epifanes pada abad 2 SM (walaupun singgungan akan
soal ini mungkin dapat terlihat dalam Mzm 74:8). Sebelum Pembuangan ke Babel,
ibadah keagamaan berpusat di Bait Suci Yerusalem. Selama Pembuangan, tatkala
peribadatan di Yerusalem tidak mungkin, timbullah sinagoge sebagai tempat untuk
pengajaran Kitab Suci dan doa. Demikianlah pendapat umum. Tapi R. W Moss
mempertahankan, bahwa 'masa Pembuangan tidak mencatat tahap pertama perihal
asal mula sinagoge, namun mencatat perubahan penting dari fungsi-fungsinya;
sejak saat itu dan seterusnya untuk ibadahlah kegunaannya yang pertama,
walaupun bukan itu kegunaannya yang satu-satunya, dan fungsi administratifnya
untuk sementara terbengkalai' (lih artikel 'Synagogue' dalam DCG). Bagaimanapun
juga dasar yang mungkin sebagai asal mula sinagoge terdapat dalam Yeh 14:1,
'Sesudah itu datanglah kepadaku beberapa orang dari tua-tua Israel dan duduk di
hadapanku' (bnd Yeh 20:1). Levertoff memastikan tanpa ragu, 'Sinagoge harus
bermula pada zaman Pembuangan Babel' (lih artikel 'Synagogue' dalam ISBE).
III. Tujuan dan praktik sinagoge
Tujuan sinagoge rangkap tiga yakni ibadah,
pendidikan dan pemerintahan atas kehidupan umum masyarakat. Sambil tunduk
kepada hukum negeri, sinagoge mempunyai pemerintahan sendiri (Jos., Ant.
19.291). Khalayak diperintah oleh tua-tua yang diberi kuasa untuk menerapkan
ketertiban dan menghukum anggota. Hukuman ialah cambukan dan pengucilan. Kepala
sinagoge ialah pemerintah sinagoge (bnd Mrk 5:22; Kis 13:15; 18:8). Dialah yang
mengawasi apakah kebaktian dijalankan sesuai tradisi. Pejabat sinagoge (Luk
4:20) membawa gulungan Alkitab untuk dibaca, kemudian mengembalikannya ke
petinya, menghukum para anggota yang membuat kesalahan dengan mencambuknya, dan
mengajar anak-anak membaca. Peritz menunjukkan bahwa 'tugas utama perkumpulan
sinagoge ialah mengajar orang banyak supaya mengerti hukum Taurat' (lih artikel
'Synagogue' dalam EBi). Http://Alkitab.Sabda.Org/Dictionary.Php?Word=Sinagoge%20atau%20rumah%20ibadat
[3] Everett Harrison, Baker's Dictionary Of Theology (Grand Rapids, Mlcffigan: Baker Book
House, 1981 ) p. 123
[4] White Jerry, “Gereja Dan Yayasan Penginjilan”
(Multnomah Press: 1983) hal 126

Post a Comment