Pelayanan Bait termasuk sebagai fragmen himne dari semua
Perjanjian Lama, misalnya, lagu dari Musa (Kel 15: 1-18 (Mishnah, Sotah 5: 4)). Menurut Mishnah
(Tamid 5.1), para imam harian
melakukan layanan doa, dimana mereka mengucapkan Dekalog, Skema ("Dengarlah hai orang Israel" - Ul 6:
4-9); "Dan itu akan terjadi jika Anda mendengarkan" (Ulangan 11:
13-21); "Dan Tuhan berbicara kepada Musa" (Bil 15: 37-41) mazmur, dan
berkat atas orang-orang (Edward Foley 1996: 38).
Mazmur dinyanyikan dalam Bait Suci biasanya dibagi menjadi
beberapa bagian. Dalam interval antara nyanyian (sering ditandai dengan tanda
selah), terdengar tiupan dari dua terompet dari Sisera atau Shofar), itu adalah
sinyal bagi rakyat untuk sujud. Hal tersebut dapat menegaskan pada kekuatan
Mishnah (Tamid, 7: 4) bahwa orang Lewi menyanyikan mazmur harian, ditetapkan
untuk hari ini: pada hari Sabat - 92 (bahkan ada catatan dalam Kitab Mazmur:
" Pujian Untuk Hari Sabat "), pada hari Minggu - 24, pada hari Senin
- 48, pada hari Selasa - 82, Rabu - 94, Kamis - 81, Jumat - 93. Weber
menyatakan juga bahwa perayaan dirangsang menciptakan himne baru, doa dan
liturgi (1989: 99). Beberapa mazmur sebelumnya menjelaskan pada kesempatan
festival dan dinyanyikan pada hari-hari ziarah di Yerusalem.[1]
Selain dalam Mazmur Perjanjian Lama, musik, lagu dan himne
adalah juga ekspresi yang sangat dekat dengan catatan Perjanjian Baru. Injil Sinoptik
memiliki catatan lagu yang mengungkapkan bukti yang cukup terhadap gagasan memuji Allah, begitu banyak
sehingga timbul slogan "gereja Kristen lahir dalam lagu”.[2]
Sementara nyanyian dan pujian sering disebutkan, namun yang menjadi sangat
sulit untuk menentukan adalah isi dari
lagu dan keadaan liturgi atau latar belakang lagu. Injil Lukas memiliki tiga
lagu yang sangat indah pada awal narasi Injil, yaitu, Magnificat (juga disebut Nyanyian Pujian Maria), dinyanyikan oleh
Maria(1:46. - 55); Benedictus,
dinyanyikan oleh Zakaria (1:67-79) dan Nunc
Dimittis, dinyanyikan oleh Simeon (2:29-32). [3]
Dalam terjemahan Alkitab KJV (King James Version): “And at midnight Paul and Silas prayed, and sang praises unto God: and
the prisoners heard them" dalam
bahasa Indonesia “Dan pada tengah malam
Paulus dan Silas berdoa, dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah: dan para
tahanan mendengar mereka”. Dalam bahasa Yunani diterjemahkan jenis nyanyian
yang dikumandangkan mereka adalah himne atau Kidung Pujian (Yunani : humnoun =
menyanyikan nyanyian pujian `hymne)`.
Perkembangan Hymne
Gereja di Timur atau Yunani, himne pertamakali kali berada di kedua penggunaan
antara pribadi dan publik. Surat itu
sering dikutip dari Pliny muda, kemudian ditulis setelah kedatangan gubernur di
propinsi Bitinia dan Pontus, yang berlangsung pada tahun (110 AD),
menginformasikan Kaisar bahwa himne adalah praktek orang Kristen untuk
berkumpul bersama pada hari tertentu dan bernyanyi bergantian (Secum Invicem)
sebuah himne kepada Kristus sebagai Tuhan mereka; sedangkan " Konstitusi
Rasul" yang membawa kembali ke kehidupan gereja pada abad kedua atau
ketiga, memerintahkan penggunaan pujian himne pagi dan sore untuk mengagungkan
Allah oleh Kristus. Gereja Barat berada di bawah pengaruh Timur dalam hal
komposisi himne pada abad keempat. Penulis himne pertama dalam tulisan Latin adalah
Hilary dari Poitiers. Teolog ini dibuang ke Frigia oleh Kaisar Konstantius,
karena pembelaannya terhadap Pengakuan Iman Nicea dari serangan pihak Arian.[4]
Dalam abad ke-4 orang-orang Kristen mulai melengkapi
syair-syair Alkitabiah dengan nyanyian-nyanyian (hymns). Nyanyian-nyanyian,
seperti doa berfungsi banyak sekali. Terdapat nyanyian-nyanyian pujian, ucapan
syukur, proklamasi, penyesalan, panggilan, permohonan dan nyanyian-nynyian
untuk daftar panjang maksud-maksud lainnya. Seperti doa dan Mazmur, nyayian-nyanyian
biasanya dialamatkan kepada Allah dan seringkali menceritakan ulang
perbuatan-perbuatan Allah.[5]
Dewan di Antiokhia di Suriah (c. 246) didukung praktek abad
pertama nyanyian oleh pemimpin dengan paduan suara pria dan wanita bernyanyi
bergantian, sementara jemaat bergabung dalam refrain. Dewan di Agde Perancis Selatan (c. 506) Memerintahkan supaya
himne untuk kedua layanan pagi dan sore hari. Dewan di Toledo di Spanyol memanggil
nama Kristus dan rasul-Nya (kitab ref.) Untuk mendukung himne bernyanyi, dan
berfirman: "Mereka yang berani dikucilkan" menolak kebiasaan itu.
Dewan Braga (c. 550) Mengutuk penggunaan himne, pelayanan keagamaan.[6]
Gereja sebenarnya mewarisi harta karun di dalam Alkitab Ibrani
(Perjanjian Lama) yang memuji Allah dengan: (1) menyanyikan lagu-lagu bernada
sederhana dan beritme ajeg, (2)
nyanyian jemaat dengan pengulangan bercorak antifonal
dan responsori (mazmur), (3)
melodi-melodi yang diolah untuk satu kata (misalnya Alleluia). Dalam sinagoga
Yahudi, gaya membaca dengan lantunan nada dipakai dalam pembacaan kitab,
doa-doa dan bermazmur.[7]
[1] Sebuah keberhasilan upaya untuk membuat
klasifikasi dari Mazmur melalui metode kritik bentuk dibuat juga oleh H. Gunkel
dan S. Mowinckel. Menurut mereka jenis lagu-lagu pujian termasuk, syukur individu
dan meratap, lagu ziarah, mazmur kerajaan, dan mazmur penobatan (Wainwright
1984: 155).
[2] .R. Martin,
"Aspect of worship in the N.T. Church", Vox Evanelica 11, London,
1963, p.6
[3] . W. Kommel, Intro
To New Testamen., Nashville. 1966
[4] Rev.
Brownlie John, Hymns Of The Early Church (James
Nisbet & Co. 21 Berners Street :1896) p.xvi
[5] F.White
James "Pengantar Ibadah Kristen" (Jakarta: Gunung Mulia, 2009) hal
159
[6] Ibid., “Our
Heritage of Hymns - A Swift Survey” By Bernard E. Seton, Ph.D.
[7] Robert E. Webber, Worship Old & New: A Biblical, Historical, and Practical Introduction
(ed. rev.; Grand Rapids:Zondervan, 1994) p.197.
Post a Comment