BREAKING NEWS

Tuesday, April 21, 2015

Sejarah Hymne dan Perkembangannya



Pelayanan Bait  termasuk sebagai fragmen himne dari semua Perjanjian Lama, misalnya, lagu dari Musa (Kel 15: 1-18 (Mishnah, Sotah 5: 4)). Menurut Mishnah (Tamid 5.1), para imam harian melakukan layanan doa, dimana mereka mengucapkan Dekalog, Skema ("Dengarlah hai orang Israel" - Ul 6: 4-9); "Dan itu akan terjadi jika Anda mendengarkan" (Ulangan 11: 13-21); "Dan Tuhan berbicara kepada Musa" (Bil 15: 37-41) mazmur, dan berkat atas orang-orang (Edward Foley 1996: 38).
Mazmur dinyanyikan dalam Bait Suci biasanya dibagi menjadi beberapa bagian. Dalam interval antara nyanyian (sering ditandai dengan tanda selah), terdengar tiupan dari dua terompet dari Sisera atau Shofar), itu adalah sinyal bagi rakyat untuk sujud. Hal tersebut dapat menegaskan pada kekuatan Mishnah (Tamid, 7: 4) bahwa orang Lewi menyanyikan mazmur harian, ditetapkan untuk hari ini: pada hari Sabat - 92 (bahkan ada catatan dalam Kitab Mazmur: " Pujian Untuk Hari Sabat "), pada hari Minggu - 24, pada hari Senin - 48, pada hari Selasa - 82, Rabu - 94, Kamis - 81, Jumat - 93. Weber menyatakan juga bahwa perayaan dirangsang menciptakan himne baru, doa dan liturgi (1989: 99). Beberapa mazmur sebelumnya menjelaskan pada kesempatan festival dan dinyanyikan pada hari-hari ziarah di Yerusalem.[1]
Selain dalam Mazmur Perjanjian Lama, musik, lagu dan himne adalah juga ekspresi yang sangat dekat dengan catatan Perjanjian Baru. Injil Sinoptik memiliki catatan lagu yang mengungkapkan bukti yang cukup  terhadap gagasan memuji Allah, begitu banyak sehingga timbul slogan "gereja Kristen lahir dalam lagu”.[2] Sementara nyanyian dan pujian sering disebutkan, namun yang menjadi sangat sulit untuk menentukan adalah  isi dari lagu dan keadaan liturgi atau latar belakang lagu. Injil Lukas memiliki tiga lagu yang sangat indah pada awal narasi Injil, yaitu, Magnificat (juga disebut Nyanyian Pujian Maria), dinyanyikan oleh Maria(1:46. - 55); Benedictus, dinyanyikan oleh Zakaria (1:67-79) dan Nunc Dimittis, dinyanyikan oleh Simeon (2:29-32). [3] Dalam terjemahan Alkitab KJV (King James Version): “And at midnight Paul and Silas prayed, and sang praises unto God: and the prisoners heard them"  dalam bahasa Indonesia “Dan pada tengah malam Paulus dan Silas berdoa, dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah: dan para tahanan mendengar mereka”. Dalam bahasa Yunani diterjemahkan jenis nyanyian yang dikumandangkan mereka adalah himne atau Kidung Pujian (Yunani : humnoun = menyanyikan nyanyian pujian `hymne)`.

Perkembangan Hymne
Gereja di Timur atau Yunani, himne  pertamakali kali berada di kedua penggunaan antara  pribadi dan publik. Surat itu sering dikutip dari Pliny muda, kemudian ditulis setelah kedatangan gubernur di propinsi Bitinia dan Pontus, yang berlangsung pada tahun (110 AD), menginformasikan Kaisar bahwa himne adalah praktek orang Kristen untuk berkumpul bersama pada hari tertentu dan bernyanyi bergantian (Secum Invicem) sebuah himne kepada Kristus sebagai Tuhan mereka; sedangkan " Konstitusi Rasul" yang membawa kembali ke kehidupan gereja pada abad kedua atau ketiga, memerintahkan penggunaan pujian himne pagi dan sore untuk mengagungkan Allah oleh Kristus. Gereja Barat berada di bawah pengaruh Timur dalam hal komposisi himne pada abad keempat. Penulis  himne pertama dalam tulisan Latin adalah Hilary dari Poitiers. Teolog ini dibuang ke Frigia oleh Kaisar Konstantius, karena pembelaannya terhadap Pengakuan Iman Nicea dari serangan pihak Arian.[4]
Dalam abad ke-4 orang-orang Kristen mulai melengkapi syair-syair Alkitabiah dengan nyanyian-nyanyian (hymns). Nyanyian-nyanyian, seperti doa berfungsi banyak sekali. Terdapat nyanyian-nyanyian pujian, ucapan syukur, proklamasi, penyesalan, panggilan, permohonan dan nyanyian-nynyian untuk daftar panjang maksud-maksud lainnya. Seperti doa dan Mazmur, nyayian-nyanyian biasanya dialamatkan kepada Allah dan seringkali menceritakan ulang perbuatan-perbuatan Allah.[5]  
Dewan di Antiokhia di Suriah (c. 246) didukung praktek abad pertama nyanyian oleh pemimpin dengan paduan suara pria dan wanita bernyanyi bergantian, sementara jemaat bergabung dalam refrain. Dewan di Agde  Perancis Selatan (c. 506) Memerintahkan supaya himne untuk kedua layanan pagi dan sore hari. Dewan di Toledo di Spanyol memanggil nama Kristus dan rasul-Nya (kitab ref.) Untuk mendukung himne bernyanyi, dan berfirman: "Mereka yang berani dikucilkan" menolak kebiasaan itu. Dewan Braga (c. 550) Mengutuk penggunaan himne, pelayanan keagamaan.[6]
Gereja sebenarnya mewarisi harta karun di dalam Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama) yang memuji Allah dengan: (1) menyanyikan lagu-lagu bernada sederhana dan beritme ajeg, (2) nyanyian jemaat dengan pengulangan bercorak antifonal dan responsori (mazmur), (3) melodi-melodi yang diolah untuk satu kata (misalnya Alleluia). Dalam sinagoga Yahudi, gaya membaca dengan lantunan nada dipakai dalam pembacaan kitab, doa-doa dan bermazmur.[7]


[1] Sebuah keberhasilan upaya untuk membuat klasifikasi dari Mazmur melalui metode kritik bentuk dibuat juga oleh H. Gunkel dan S. Mowinckel. Menurut mereka jenis lagu-lagu pujian termasuk, syukur individu dan meratap, lagu ziarah, mazmur kerajaan, dan mazmur penobatan (Wainwright 1984: 155).
[2]  .R. Martin, "Aspect of worship in the N.T. Church", Vox Evanelica 11, London, 1963, p.6

[3] . W. Kommel, Intro To New Testamen., Nashville. 1966

[4]  Rev. Brownlie John, Hymns Of The Early Church (James Nisbet & Co. 21 Berners Street :1896) p.xvi

[5]  F.White James "Pengantar Ibadah Kristen" (Jakarta: Gunung Mulia, 2009) hal 159

[6] Ibid., “Our Heritage of Hymns - A Swift Survey” By Bernard E. Seton, Ph.D.

[7] Robert E. Webber, Worship Old & New: A Biblical, Historical, and Practical Introduction (ed. rev.; Grand Rapids:Zondervan, 1994) p.197.

Share this:

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *

 
Back To Top
Distributed By Blogger Templates | Designed By OddThemes