BREAKING NEWS

Friday, April 10, 2015

Sejarah Gereja Di Yerusalem


Yerusalem memiliki sejarah yang luar biasa.[1] Yerusalem, diposisikan di tengah, benar-benar dikelilingi oleh dinding dan dilengkapi dengan gerbang yang besar, lebih besar dari kota-kota lain. Hal yang sama berlaku pada prasasti, dalam naskah merah besar: 'kota suci Yerusalem'. Kota ini dalam bentuk oval sempurna, dan jelas ditandai sebagai kota yang ideal, pusat tanah suci, pusar bumi (Yehezkiel 38:12, lih 5: 5 dan penjelasan Kisah Para Rasul 2: 9-11) .[2]
Dalam volume kembar Lukas, Injil Lukas dan Kisah Para Rasul, kota
Jerusalem mengambil peran sentral. Dimana secara geografis Injil Lukas dibuat, menyimpulkan gerakan Injil menuju Yerusalem. Dalam Kisah Para Rasul, Lukas menarik benang  cerita lagi, mulai di Yerusalem, dan keluar dari sana ke dunia. Dengan cara ini, Yerusalem merupakan pusat geografis Lukas dan Kisah Para Rasul.
Lebih dari itu, posisi sentral Yerusalem melambangkan titik teologis bahwa keselamatan adalah dari orang-orang Yahudi, [3]Yesus adalah Mesias Israel, dan pada saat yang sama Juruselamat dunia.

Upaya untuk merekonstruksi sejarah gereja selama Masa Apostolik penuh dengan kesulitan.[4] Penggunaan Kitab Kisah Para Rasul sebagai sumber sejarah yang signifikan antara masalah ini.[5] Pada awal Kekristenan Primitif, Kebangkitan Yesus dan terutama peristiwa di Pentakosta memberikan bukti dramatis (tanda-tanda visual dan pendengaran) keputusan final bahwa Allah, melalui Roh Kudus-Nya, hadir dan aktif dalam kelompok para pengikut Yesus. semua murid-murid dan para petobat awal dari ras Ibrani atauYahudi, hadir di Yerusalem. Mereka menerima prinsip-prinsip dasar dan praktek-praktek Yudaisme pada umumnya dan satu atau lebih kelompok Yahudi. Pada awalnya mereka hampir tidak bisa dibedakan dalam sosial, struktur agama Yahudi yang kompleks. Umumnya, mereka tampaknya
telah menganggap iman yang baru sebagai kelanjutan dari pekerjaan Allah melalui sejarah Israel di masa lalu. Mereka hanya orang-orang Yahudi yang yakin bahwa Yesus adalah Mesias dan bahwa melalui dia "usia pemenuhan" telah tiba. Dalam sebuah pengaturan itu akan diasumsikan bahwa orang Kristen Yahudi akan mengikuti "cara hidup Yahudi " dan bahwa semua calon untuk dimasukkan dalam iman yang baru akan berasal dari latar belakang ras dan budaya yang sama. Dalam (Kisah Para Rasul 6: 1-6) menunjukkan keretakan sel homogen pertama mulai dirasakan.[6] Ini menunjukkan adanya dalam gereja kedua  dua divisi budaya utama dari Bait Yudaisme kedua. Pidato Stephen memberikan wawasan kedalam penekanan khusus dan keprihatinan dari kelompok Helenistik dan memperkenalkan "teologi" orang Kristen Yahudi Hellenisme. Hal ini, penting bahwa  Kisah Para Rasul mencatat awal sejarah ekspansi misionaris. Hal tersebut adalah penekanan pandangan budaya dan teologis dari kelompoknya yang membantu membebaskan Gereja Yerusalem
untuk meninggalkan kecenderungan memisahkan diri dari pihak lain atau isolasionisme, untuk pindah sebagai saksi di luar Yerusalem
"ke ujung bumi" (Kis 1: 8).[7]
Gereja yang mula-mula di Yesrusalem bukanlah suatu badan yang sangat teratur, yang mempunyai sistem perbendaharaan dan menganut sistem kepemimpinan yang ketat. Para Rasul dipandang sebagai pemimpin karena fungsinya sebagai pengkhotbah dan pengajar, tetapi sistem pemerintahan umumnya didalam gereja bersifat demokratis. Para pemimpin pada masa-masa awal  itu adalah Petrus, Yohanes dan Stefanus. Diantara ketiganya, Yohanes adalah yang paling kurang menonjol dan hanya disebut dalam hubungannya dengan Petrus. Karena kematian Stefanus yang mengerikan dan karena tindakan karas yang diambil oleh para pemimpin Yahudi untuk menindas gerakan yang baru ini, sebagian umat Kristen di Yerusalem berpencar-pencar meninggalkan kota itu dan menetap di sekitar Samaria dan Yudea.[8] Gereja abad pertama yang berpusat di Yerusalem (30-44 M), Antiokhia (45-68  M), dan Efesus (68-100 M) mengalami pertumbuhan yang pesat (kwalitas dan kwantitas). Murid-murid Tuhan Yesus berkumpul di Yerusalem[9] Mereka dipenuhi oleh Roh Kudus yang bekerja luar biasa, lalu mereka menyaksikan Injil. Kesaksian mereka terutama diberikan kepada orang Yahudi dan disertai banyak mujizat. Banyak orang percaya, lalu dibabtiskan (Kis.3:1-10). Mereka tekun bersekutu, berdoa, dalam pengajaran para rasul baik di Bait Allah maupun di rumah-rumah. Mereka hidup dalam kasih, sukacita dan kesucian (Kis.2:41-47; 3:32-36; 5:1-11). Dengan cepat terbentuklah gereja-gereja lokal di seluruh Jerusalem. Tetapi mereka harus keluar meninggalkan Jerusalem karena mahkamah agama Yahudi menentang mereka (Kis.8:1-3). Herodes Agripa juga menganiaya gereja Jerusalem. Maka sambil keluar menyebar, mereka memberitakan Injil ke Samaria, Fenisia, Siprus, Kirene dan Antiokhia (Kis.11:19-20).[10]



[1]  Max Küchler, Jerusalem. Ein Handbuch und
Studienreiseführer zur Heiligen Stadt (Tübingen: Vandenhoeck & Ruprecht, 2007)

[2] Philip S. Alexander, “Jerusalem as the ‘Omphalos’ of the World: On the History of a Geographical
Concept,” Judaism 46.2 (1997): 147-158; Michael Tilly, Jerusalem – Nabel der Welt. Überlieferung und Funktionen von Heiligtumstraditionen im antiken Judentum (Stuttgart: Kohlhammer, 2002).

[3] Oskar Skarsaune, In the Shadow of the Temple. Jewish Influences on Early Christianity (Downers Grove: InterVarsity Press, 2002), chapter 4 [Jerusalem: The City of the Temple].

[4] Beberapa diantaranya adalah identitas dan keandalan sumber untuk penelitian dan
pertanyaan metodologi yang digunakan dalam menangani sumber-sumber ini. pertanyaan lain melibatkan hubungan antara berbagai dokumen Perjanjian Baru. Lebih khusus seperti
hal sebagai tanggal, tujuan, dan asalnya dari sumber-sumber harus dipertimbangkan. Ini
termasuk menghadapi pertanyaan yang diajukan oleh studi kritis terbaru tentang Sitz Im Leben dari
sumber injil, surat-surat, serta kisah para rasul. Sebuah isu yang menarik adalah efek dari AD 70 kejatuhan Yerusalem pada gereja kuartal terakhir abad pertama. "The History and In-
fluence of the Church of Jerusalem, AD 30-100: An Investigation of the Growth and
Internal Factions and the Extension of its Influence in the Larger Church" (University
of Manchester, England, 1969; [Available through University Microfilms International.
300 N. Zebb Road, Ann Arbor, MI 48106; publication No. 8211034) 271-346.

[5] Pendekatan Kisah-Lukas bervariasi.  baik panjang sejarah investigasi
serta penilaian berkelanjutan. Untuk perhitungan masa lalu dapat melihat Ward W.
Gasque, A History of the Criticism of the Acts of the Apostles (Tübingen: Mohr [Siebeck],
1975); C. K. Barrett, Luke the Historian in Recent Study (Peake Memorial Lecture; Lon-
don: Epworth Press, 1961) and F. F. Bruce, "The Acts of the Apostles to-Day," BJRL 65
(1982) 36-56.

[6] Catatan epi_ to_ auto  1:15 dan 02:44. ungkapan menunjukkan harmoni dan persatuan di
beberapa-pengertian spasial, temporal, atau dalam roh ,seperti Bruce (The Acts of the Apostles. The
Greek Text with Introduction and Commentary [3rd ed.; Grand Rapids, 1990] 108) catatan,
dalam LXX mungkin berarti "di tempat yang sama," "pada saat yang sama," atau "dengan sehati;"
dalam Apostolik tampaknya memiliki rasa semi-teknis dan mengacu pada sebuah pertemuan
dari seluruh gereja, berbeda dari hanya pertemuan rumah tangga

[7]  J. Julius Scott, Jr., "Stephen's Defense and the World Mission of the People
of God," JETS 21 (1978) 131-41; cf. T. C. Smith, "The Significance of the Stephen Epi-
sode in Acts," Studies in Acts (Greenville: Smyth and Helwys, 1991) 33-48;  juga catatan Earl Richards, Acts 6:1-8:4: The Author's Method of Composition (SBLDS 41; Atlanta:
Scholars Press, 1978).

[8]Tenney C. Merrill, “Survey Perjanjian Baru” (Indonesia: Gandum Mas, 1997)hal 295-296

[9] Sesudah kebangkitan Tuhan Yesus banyak orang percaya yang tidak ikut pindah ke Yerusalem tetapi
tinggal di Galilea, tetapi kota ini disebut pusat karena murid-murid diperintahkan untuk menanti Yesus di Yerusalem, kesaksian dan penyebaran Injil ke Samaria, Antiokia, dll., dimulai di Yerusalem. F.F.Bruce, New Testament History, Thomas Nelson and Sons, london, 1969, hl.199; bnd. o. Cullmann, The Early Church, The Westminster, Philadelphia, tth., hl.185-187.

[10] L.Duchesne, Early History Of The Christian Church, Hunt And Barnoid, London, 1957, hl.15.

Share this:

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *

 
Back To Top
Distributed By Blogger Templates | Designed By OddThemes