Yerusalem memiliki sejarah yang luar biasa.[1]
Yerusalem, diposisikan di tengah, benar-benar dikelilingi oleh dinding dan
dilengkapi dengan gerbang yang besar, lebih besar dari kota-kota lain. Hal yang
sama berlaku pada prasasti, dalam naskah merah besar: 'kota suci Yerusalem'.
Kota ini dalam bentuk oval sempurna, dan jelas ditandai sebagai kota yang
ideal, pusat tanah suci, pusar bumi (Yehezkiel 38:12, lih 5: 5 dan penjelasan
Kisah Para Rasul 2: 9-11) .[2]
Dalam volume kembar Lukas, Injil Lukas dan Kisah Para Rasul,
kota
Jerusalem mengambil peran sentral.
Dimana secara geografis Injil Lukas dibuat, menyimpulkan gerakan Injil menuju
Yerusalem. Dalam Kisah Para Rasul, Lukas menarik benang cerita lagi,
mulai di Yerusalem, dan keluar dari sana ke dunia. Dengan cara ini, Yerusalem
merupakan pusat geografis Lukas dan Kisah Para Rasul.
Lebih dari itu, posisi sentral
Yerusalem melambangkan titik teologis bahwa keselamatan adalah dari orang-orang
Yahudi, [3]Yesus
adalah Mesias Israel, dan pada saat yang sama Juruselamat dunia.
Upaya untuk merekonstruksi sejarah
gereja selama Masa Apostolik penuh dengan kesulitan.[4] Penggunaan Kitab Kisah Para Rasul sebagai sumber
sejarah yang signifikan antara masalah ini.[5] Pada awal Kekristenan Primitif, Kebangkitan Yesus dan
terutama peristiwa di Pentakosta memberikan bukti dramatis (tanda-tanda visual
dan pendengaran) keputusan final bahwa Allah, melalui Roh Kudus-Nya, hadir dan
aktif dalam kelompok para pengikut Yesus. semua murid-murid dan para petobat
awal dari ras Ibrani atauYahudi, hadir di Yerusalem. Mereka menerima
prinsip-prinsip dasar dan praktek-praktek Yudaisme pada umumnya dan satu atau
lebih kelompok Yahudi. Pada awalnya mereka hampir tidak bisa dibedakan dalam
sosial, struktur agama Yahudi yang kompleks. Umumnya, mereka tampaknya
telah
menganggap iman yang baru sebagai kelanjutan dari pekerjaan Allah melalui sejarah
Israel di masa lalu. Mereka hanya orang-orang Yahudi yang yakin bahwa Yesus
adalah Mesias dan bahwa melalui dia "usia pemenuhan" telah tiba.
Dalam sebuah pengaturan itu akan diasumsikan bahwa orang Kristen Yahudi akan
mengikuti "cara hidup Yahudi " dan bahwa semua calon untuk dimasukkan
dalam iman yang baru akan berasal dari latar belakang ras dan budaya yang sama.
Dalam (Kisah Para Rasul 6: 1-6) menunjukkan keretakan sel homogen pertama mulai
dirasakan.[6] Ini menunjukkan adanya dalam gereja kedua dua divisi budaya utama dari Bait Yudaisme
kedua. Pidato Stephen memberikan wawasan kedalam penekanan khusus dan
keprihatinan dari kelompok Helenistik dan memperkenalkan "teologi"
orang Kristen Yahudi Hellenisme. Hal ini, penting bahwa Kisah Para Rasul mencatat awal sejarah
ekspansi misionaris. Hal tersebut adalah penekanan pandangan budaya dan teologis
dari kelompoknya yang membantu membebaskan Gereja Yerusalem
untuk
meninggalkan kecenderungan memisahkan diri dari pihak lain atau isolasionisme, untuk pindah sebagai
saksi di luar Yerusalem
Gereja yang mula-mula di Yesrusalem
bukanlah suatu badan yang sangat teratur, yang mempunyai sistem perbendaharaan
dan menganut sistem kepemimpinan yang ketat. Para Rasul dipandang sebagai
pemimpin karena fungsinya sebagai pengkhotbah dan pengajar, tetapi sistem
pemerintahan umumnya didalam gereja bersifat demokratis. Para pemimpin pada
masa-masa awal itu adalah Petrus,
Yohanes dan Stefanus. Diantara ketiganya, Yohanes adalah yang paling kurang
menonjol dan hanya disebut dalam hubungannya dengan Petrus. Karena kematian
Stefanus yang mengerikan dan karena tindakan karas yang diambil oleh para
pemimpin Yahudi untuk menindas gerakan yang baru ini, sebagian umat Kristen di
Yerusalem berpencar-pencar meninggalkan kota itu dan menetap di sekitar Samaria
dan Yudea.[8] Gereja abad pertama yang berpusat di Yerusalem (30-44 M),
Antiokhia (45-68 M), dan Efesus (68-100
M) mengalami pertumbuhan yang pesat (kwalitas dan kwantitas). Murid-murid Tuhan
Yesus berkumpul di Yerusalem[9] Mereka dipenuhi oleh Roh Kudus yang bekerja luar biasa,
lalu mereka menyaksikan Injil. Kesaksian mereka terutama diberikan kepada orang
Yahudi dan disertai banyak mujizat. Banyak orang percaya, lalu dibabtiskan
(Kis.3:1-10). Mereka tekun bersekutu, berdoa, dalam pengajaran para rasul baik di
Bait Allah maupun di rumah-rumah. Mereka hidup dalam kasih, sukacita dan
kesucian (Kis.2:41-47; 3:32-36; 5:1-11). Dengan cepat terbentuklah
gereja-gereja lokal di seluruh Jerusalem. Tetapi mereka harus keluar
meninggalkan Jerusalem karena mahkamah agama Yahudi menentang mereka
(Kis.8:1-3). Herodes Agripa juga menganiaya gereja Jerusalem. Maka sambil
keluar menyebar, mereka memberitakan Injil ke Samaria, Fenisia, Siprus, Kirene
dan Antiokhia (Kis.11:19-20).[10]
[1] Max
Küchler, Jerusalem. Ein Handbuch und
Studienreiseführer
zur Heiligen Stadt (Tübingen:
Vandenhoeck & Ruprecht, 2007)
[2] Philip S. Alexander, “Jerusalem as the ‘Omphalos’
of the World: On the History of a Geographical
Concept,” Judaism 46.2 (1997): 147-158; Michael
Tilly, Jerusalem – Nabel der Welt.
Überlieferung und Funktionen von Heiligtumstraditionen im antiken Judentum
(Stuttgart: Kohlhammer, 2002).
[3] Oskar Skarsaune, In the Shadow of the Temple. Jewish Influences on Early Christianity
(Downers Grove: InterVarsity Press, 2002), chapter 4 [Jerusalem: The City of
the Temple].
[4] Beberapa diantaranya adalah identitas dan keandalan
sumber untuk penelitian dan
pertanyaan metodologi yang digunakan dalam
menangani sumber-sumber ini. pertanyaan lain melibatkan hubungan antara
berbagai dokumen Perjanjian Baru. Lebih khusus seperti
hal sebagai tanggal, tujuan, dan asalnya dari
sumber-sumber harus dipertimbangkan. Ini
termasuk menghadapi pertanyaan yang diajukan oleh
studi kritis terbaru tentang Sitz Im Leben dari
sumber injil, surat-surat, serta kisah para rasul. Sebuah
isu yang menarik adalah efek dari AD 70 kejatuhan Yerusalem pada gereja kuartal
terakhir abad pertama. "The History and In-
fluence of the Church of Jerusalem, AD 30-100: An
Investigation of the Growth and
Internal Factions and the Extension of its
Influence in the Larger Church" (University
of Manchester, England, 1969; [Available through
University Microfilms International.
300 N. Zebb Road, Ann Arbor, MI 48106; publication
No. 8211034) 271-346.
[5] Pendekatan Kisah-Lukas bervariasi. baik panjang sejarah investigasi
serta penilaian berkelanjutan. Untuk perhitungan masa
lalu dapat melihat Ward W.
Gasque, A
History of the Criticism of the Acts of the Apostles (Tübingen: Mohr
[Siebeck],
1975); C. K. Barrett, Luke the Historian in Recent Study (Peake Memorial Lecture; Lon-
don: Epworth Press, 1961) and F. F. Bruce,
"The Acts of the Apostles to-Day," BJRL 65
(1982) 36-56.
[6] Catatan epi_
to_ auto 1:15 dan 02:44. ungkapan
menunjukkan harmoni dan persatuan di
beberapa-pengertian spasial, temporal, atau dalam
roh ,seperti Bruce (The Acts of the Apostles. The
Greek Text with Introduction and Commentary [3rd
ed.; Grand Rapids, 1990] 108) catatan,
dalam LXX mungkin berarti "di tempat yang
sama," "pada saat yang sama," atau "dengan sehati;"
dalam Apostolik tampaknya memiliki rasa semi-teknis
dan mengacu pada sebuah pertemuan
dari seluruh gereja, berbeda dari hanya pertemuan
rumah tangga
[7] J. Julius
Scott, Jr., "Stephen's Defense and the World Mission of the People
of God," JETS 21 (1978) 131-41; cf. T. C.
Smith, "The Significance of the Stephen Epi-
sode in Acts," Studies in Acts (Greenville:
Smyth and Helwys, 1991) 33-48; juga
catatan Earl Richards, Acts 6:1-8:4: The
Author's Method of Composition (SBLDS 41; Atlanta:
Scholars Press, 1978).
[8]Tenney C. Merrill, “Survey Perjanjian Baru”
(Indonesia: Gandum Mas, 1997)hal 295-296
[9] Sesudah kebangkitan Tuhan Yesus banyak orang
percaya yang tidak ikut pindah ke Yerusalem tetapi
tinggal di Galilea, tetapi kota ini disebut pusat
karena murid-murid diperintahkan untuk menanti Yesus di Yerusalem, kesaksian dan penyebaran Injil ke
Samaria, Antiokia, dll., dimulai di Yerusalem. F.F.Bruce, New Testament
History, Thomas Nelson and Sons,
london, 1969, hl.199; bnd. o. Cullmann, The
Early Church, The Westminster,
Philadelphia, tth., hl.185-187.
[10] L.Duchesne, Early
History Of The Christian Church, Hunt And Barnoid, London, 1957, hl.15.
Post a Comment