BREAKING NEWS

Friday, April 10, 2015

Kasih Sebagai Landasan Dalam Mengajar



Kasih menurut KBBI adalah perasaan sayang (cinta, suka kepada),[1] sedangkan definisi kasih menurut Oxforddictionaries adalah A strong feeling of affection (perasaan sayang yang kuat).[2] Menurut jenisnya dalam bahasa Yunani, kasih dibagi menjadi enam jenis, yaitu kata benda Storgê dengan kata kerjanya Stergein berarti kasih mesra dari orang tua kepada anaknya dan sebaliknya. Kasih Eros artinya kasih asmara antara pria dan wanita. Selanjutnya adalah φιλεω - Phileô dengan kata kerjanya Philein berarti kasih sayang yang sejati antar sahabat dekat. Biasanya kasih ini tidak mempunyai hubungan darah. Kasih ini lebih kepada persahabatan. Kasih Agapaô dengan kata kerjanya Agapan, yang juga sering disebut atau diterjemahkan Agape, artinya kasih yang tanpa persyaratan, tanpa perhitungan dan tanpa peduli seperti apapun seorang yang dikasihinya. Ludus, atau cinta main-main. Ini adalah ide Yunani 'cinta main-main, yang disebut kasih sayang antara anak-anak atau kekasih muda. Kita semua punya rasa dalam menggoda dan menggoda pada tahap awal hubungan. Cinta yang lain Yunani adalah cinta dewasa yang dikenal sebagai pragma. Ini adalah pemahaman yang mendalam yang berkembang di antara pasangan yang sudah lama menikah. Pragma adalah tentang membuat kompromi untuk membantu pekerjaan hubungan dari waktu ke waktu, dan menunjukkan kesabaran dan toleransi. Terakhir adalah cinta philautia atau cinta diri. Orang-orang Yunani pintar menyadari ada dua jenis. Salah satunya adalah terkait dengan narsisme, dimana orang menjadi terobsesi diri dan berfokus pada ketenaran pribadi dan kekayaan. Idenya adalah bahwa jika anda menyukai diri anda dan merasa aman dalam diri sendiri, Anda akan memiliki banyak cinta untuk memberikan orang lain atau, seperti Aristoteles mengatakan, "Semua perasaan yang ramah bagi orang lain merupakan perpanjangan dari perasaan seorang pria untuk dirinya sendiri". Kasih yang dimaksud dalam konteks mendidik adalah kombinasi dari kasih Phileô  dan Storgê, bahkan terlebih condong kepada kasih Agape, yaitu kasih tanpa syarat dan proaktif dalam mencurahkan kasih kepada anak didik, walaupun hal tersebut pada kenyataannya memang sulit dan butuh banyak waktu untuk belajar dalam implementasinya.
Mendidik itu berarti mencurahkan ilmu dan kasih secara sepenuhnya, siapapun dia dan bagaimanapun dia, namun anda harus ingat bahwa kasih adalah landasan utama anda dalam mendidik. Didalam dunia pendidikan tidak membutuhkan syarat apapun, semuanya berhak untuk menerima pendidikan, didalam kasih tidak terdapat perbedaan dalam memberikan ilmu. Didalam mendidik tidak boleh terdapat satupun anak didik yang termarginalkan oleh karena berbeda atau oleh karena kekurangan yang mereka miliki. Sebagaimana mendidik disebut pekerjaan yang mulia, demikianlah pekerjaan mulia tersebut tidak bisa disebut pekerjaan yang mulia apabila tidak berlandaskan kepada kasih, yaitu kasih yang tulus. Mendidik bukan hanya sekedar kewajiban, profesi dan karir saja namun lebih dari pada itu, mendidik adalah juga merupakan “Panggilan Ilahi” sehingga pengajar mempunyai dorongan kuat dan kerelaan diri dalam menggali ilmu dan berbagi ilmu dalam memberikan didikan. Jika mendidik disebut sebagai “panggilan Ilahi” maka dasar penting dari pada panggilan Ilahi tersebut adalah kasih. Wujud dari kasih ialah mendidik dan mendidik harus dilandasi dengan kasih.
Kegagalan seorang pengajar ialah taatkala pengajar tersebut kehilangan kasihnya dalam mengajar anak didik. Pengajar yang bertipe demikian tidak terdapat hasrat atau dorongan yang kuat dalam mendidik, sehingga meski menggunakan metode belajar apapun yang diterapkan, tanpa didasari kasih maka semuanya tidaklah dapat mencapai hasil yang maksimal. Sebaliknya jika pengajar memiliki kasih yang besar untuk mendidik, maka pengajar memiliki kemauan kuat untuk berusaha supaya membuat peserta didik memahami materi yang diajarkan. Apabila seorang pengajar memiliki kasih yang besar dalam mengajar dan pengajar tersebut menggunakan metode-metode dalam belajar dalam pengajarannya, maka tidak hanya membuat suasana belajar semakin menyenangkan, namun juga materi yang diberikan akan lebih mudah dipahami dan dikuasai oleh peserta didik.   
Jangan pernah lupa bahwa anak didik juga mempunyai tengki kasih, apabila pengajar dengan memberikan ajaran didasari dengan kasih, maka pada saat yang sama pengajar juga berupaya untuk mengisi tengki tersebut. Dalam bentuk dan metode pengajaran apapun, serta bagaimanapun anda sebagai pengajar memberi didikan, maka anak didik tetap merasa dikasihi, tidak merasa dikucilkan, tidak merasa terabaikan, tidak merasa menjadi sasaran tembak, tidak merasa menjadi luapan murka pengajar, tidak menyimpan rasa dendam dan benci terhadap pengajar dan tetap merasa nyaman saat belajar berlangsung.
Saya pernah memperhatikan seorang murid Sekolah Dasar di Surabaya yang begitu marahnya, sehingga berakibat semua kelas hampir mendengar suaranya, karakter murid tersebut apabila ia marah, pasti kemarahannya meluap-luap, berteriak sambil menangis, bahkan meskipun kesalahan tersebut disebabkan oleh karena perbuatannya sendiri. Namun terdapat guru, yang juga adalah teman saya, menghampiri dan berbicara dengan murid tersebut. Meski anak didik ini berbicara dengan nada yang keras, berteriak-teriak sambil menangis, namun teman saya ini tetap tenang dan terus berbicara, hingga pada akhirnya teman saya memeluk anak ini, serta tetap memberi nasihat. Beberapa menit kemudian dalam waktu sekejap saja, anak yang tadinya menangis dan berteriak hingga hampir seluruh kelas mendengar tersebut, menjadi tenang  dan terdiam. Kasih adalah dasar mutlak yang harus dimiliki oleh setiap pengajar, mencurahkan kasih bagaikan  mencurahkan air diatas bara api.
Catatan untuk orangtua (bisa juga untuk guru), ada baiknya membaca buku “Lima Bahasa Kasih” dari Gary Champman, Ph.D & Ross Campbell, M.D., tujuannya supaya orangtua dapat memberi ajaran yang berkualitas kepada anak dalam lingkup kasih. Pada dasarnya dalam buku tersebut dijelaskan terdapat lima cara dalam mengutarakan serta memahami cinta emosional anak (sebenarnya semua orang), yaitu: Sentuhan Fisik, Kata-kata penegasan, Waktu berkualitas, Hadiah dan yang terakhir adalah Layanan.[3]



[3]  Gary Champman, Ph.D & Ross Campbell, M.D. Lima Bahasa Kasih untuk Anak-anak. 2000.

Share this:

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *

 
Back To Top
Distributed By Blogger Templates | Designed By OddThemes