Gereja Perdana sudah mengenal musik, terutama nyanyian dan
musik
instrumental. Musik liturgi Gereja
Perdana berakar pada tradisi musik ibadat Yahudi
yang kemungkinan besar tidak diiringi
alat musik. Dalam Perjanjian Baru,
mengenal praktek musik-nyanyian,
seperti ketika Yesus dan para murid menyanyikan kidung Hallel sesudah merayakan
perjamuan Paskah (Mat 26:30; Mrk 14:26). Adanya praktek musik-nyanyian Gereja
Perdana dapat tercermin jelas dalam surat Efesus dan Kolose yang menganjurkan
umat agar menyanyikan kidung puji-pujian dan nyanyian rohani dalam pertemuan
jemaat “bagi Tuhan dengan segenap hati” (Ef 5:19; Kol 3:16). Ada banyak tulisan Perjanjian Baru pula yang
memuat madah dan kidung yang besar kemungkinannya berasal dari tradisi
liturgis, seperti (Luk 1:46-55; 1:68-79; 1:29-32; Yoh 1:1-18; Flp 2:6-11; Ef
1:4-14; 5:14; Kol 1:15-20). Pada waktu itu, musik terutama berbentuk nyanyian
baik yang secara spontan dibawakan oleh umat maupun yang sudah kurang lebih
‘jadi’ atau dihafal. Nyanyian-nyanyian yang sudah ada dan populer dipakai
jemaat ialah buku Mazmur yang menjadi semacam buku nyanyian gerejawi waktu itu
dan berbagai madah (kata-kata pujian). Gereja Perdana mengenal dengan baik
nyanyian sebagai unsur kehidupan liturginya.[1]
Pengertian Budaya Ibadah Secara Umum
Dari kesejarahan mengenai budaya Gereja Perdana dan petunjuk
Kitab Suci berdasarkan pada paragraf
sebelumnya yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan mengenai pengertian budaya
ibadah. Pengertian budaya ibadah secara
umum yaitu meliputi suasana ibadah, baju atau jubah yang dikenakan oleh Hamba
Tuhan, perabot ibadah, tatanan dalam beribadah, perlengkapan ibadah yang sarat
akan simbol-simbol, liturgi serta lagu puji-pujian. Meskipun budaya gereja pada
awalnya terpengaruh oleh sinagog (tidak diiringi alat musik dan tidak ditandai
“pujian gembira”), namun pada perkembangan selanjutnya gereja benar-benar
berbeda, gereja benar-benar mempunyai identitas sendiri dan mempunyai budayanya
sendiri.[2]
Beberapa penulis telah mencoba untuk menemukan kontinuitas dengan upacara
Yahudi di hampir setiap elemen dari pertemuan Kristen mula-mula. Lainnya
memiliki
Meminimalkan hubungan antara Gereja
dan Sinagoga, atas dasar sering tampaknya keyakinan dogmatis yang bagi iman
orang Kristen untuk menjadi agama sendiri, baik mengubah secara radikal atau harus
menolak tradisi keagamaan dari asal atau mula.[3]
Pengertian Budaya Ibadah Secara Khusus
Seperti pada awal keperbedaan anatara budaya ibadah Yudaisme
dan orang-orang percaya, maka orang-orang percaya memiliki pemahaman yang
berbeda dari jalan keselamatan dan bersukacita bahwa janji-janji telah
terpenuhi dan Mesias telah datang, dan sukacita: ibadah mereka ditandai dengan
"pujian gembira". Jadi pengertian budaya ibadah secara khusus yaitu budaya
ibadah yang merupakan bagian dari budaya ibadah umum,[4]
namun lebih spesifik penulis membahas kepada unsur dalam ibadah yaitu suasana
ibadah, lagu pujian dan musik sebagai pendukung
ibadah, mengacu kepada budaya ibadah
secara khususlah penulis memaparkan penelitiannya.
Musik juga mendukung ibadah, Kitab Mazmur adalah kitab
nyanyian bani Israel, di dalamnya ditemukan beberapa alat musik yang dapat
dipakai untuk beribadah. Dengan melihat jumlah alat musik yang disebut, alat musik yang terdapat pada masa itu dipakai
semuanya tanpa kecuali, sehingga hal ini membuktikan bahwa musik dalam Perjanjian
Lama bukan hanya musik yang tenang dan khidmat saja, tetapi kadang juga ramai
seperti yang dikatakan oleh (Mazmur 100:1) “Bersorak-soraklah
bagi Tuhan, hai seluruh bumi.” Sebaliknya dalam Perjanjian Baru, menemukan
musik vokal lebih daripada musik instrumental. Tetapi penggunaan musik vokal disini
tidak bermaksud untuk menghilangkan penggunaan alat musik. Melainkan untuk
menunjukkan bahwa musik mempunyai tempat yang penting sebagai sarana untuk
mengungkapkan pujian kepada Allah. Perjanjian Baru menganjurkan agar umat
Kristen menyanyikan Mazmur, nyanyian rohani dan puji-pujian bagi Tuhan seperti
yang terdapat dalam (Efesus 5:18-21, Kolose 3 : 16, I Korintus 14:15, dan
Yakobus 5 : 13).
Musik dan ibadah tidak dapat dipisahkan, sehingga untuk
mencapai hasil yang prima dalam ibadah maka harus menggabungkan keduanya. Oleh
karena itu peranan musik adalah : “Untuk menciptakan kesadaran akan kehadiran
Allah dan suasana untuk ibadah, menghidupkan jiwa manusia, menyatukan jemaat
dalam suatu pengalaman ibadah bersama dan menyatakan iman jemaat.” Dengan kata
lain, musik dapat menjembatani hubungan antara iman seseorang dengan perasaan
dan sikap hidupnya.[5]
[2] Pengertian budaya
ibadah secara umum disimpulkan berdasarkan konteks kesejarahan, seperti
pemaparan dari Ralph P. Martin dan Philip Schaff
[3] Paul Bradshaw, The
Search for the Origins of Christian Worship, 49
[4] Kesimpulan budaya ibadah khusus merupakan bagian
dari kesimpulan umum didasarkan pemaparan dari Ralph P.
Martin dan Philip Schaff, dari
definisi budaya ibadah secara khusus
tersebut, penulis lebih spesifik membahas bagian megenai suasana ibadah , musik dan
lagu pujian sebagai suasana pendukung
ibadah
[5] Paper Nasrani Gunawan Ester, MA, MM, “Suatu Tinjauan
Teologis Dan Historis”, hal 2
Post a Comment